Franky Sahilatua - Sang Maestro Lagu Balada

03 July 2015

Franklin Hubert Sahilatua lahir di Surabaya, 16 Agustus 1953. Tak seperti kebanyakan musisi yang menyadari bakat bermusiknya sejak kecil, Frangky justru mengaku tak pernah bercita-cita terjun ke dunia musik. 

Saat masih berstatus pelajar SMA Pemuda, Surabaya. Franky didaulat menjadi panitia perpisahan sekolah namun karena terbentur masalah biaya, Franky tak ingin membuat acara yang hanya berisi pidato dan kangen-kangenan. Ia juga berusaha untuk membuat acara semenarik dan tidak membosankan sampai akhirnya seorang teman menyarankan agar ada musik & dia bernyanyi dalam acara perpisahan sekolah. Sejak bernyanyi di acara inagurasi sekolah SMA Pemuda, Franky menjadi penyanyi kebanggaan sekolah.

Menginjak usia 21 tahun, anank ke 3 dari 7 bersaudara ini memutuskan untuk mengadu nasib ke Jakarta dengan harapan agar bisa masuk dapur rekaman. Dari satu panggung ke panggung lain, Franky menyanyikan lagu-lagu ciptaannya sendiri. Seiring semaikin tinggi jam terbang sebagai penyanyi amatir, Franky banyak menerima tawaran untuk rekaman namun sayang keberuntungan belum memihak ayah dua anak ini.

Impian Franky untuk merekam suaranya baru terlaksana ketika ia menyanyikan lagu soundtrack film Ali Topan Anak Jalanan. Dan dari lagu itulah, Franky menerima banyak tawaran manggung dan mulai dikenal orang. Sebelum dikenal sebagai penyanyi solo, karir Franky tampil bersama sang adik, Jane Sahilatua dan membuat grup duet Franky & Jane. Pasangan kakak beradik ini amat terkenal di era 70 hingga penghujung tahun 80-an. Keduanya berhasil menelurkan 15 album sepanjang karir mereka.

Awal karir berduet kakak beradik ini sama seperti karirnya yang dimulai secara tak sengaja. Saat itu Franky dan grupnya di undang untuk menjadi pembuka konser Trio Bimbo di Fakultas HUkum Universitas Airlangga, namun tiga hari sebelum hari H, grupnya berhalangan hadir dan membuat pusing Franky yang harus mencari pengganti dengan cepat. Dua hari mencari tak kunjung ada pengganti, ia tak sengaja mendengarkan suara sang adik Jane yang sedang bersenandung, dirasa suara Jane cukup merdu tanpa pikir panjang Franky mengajak adiknya untuk latihan. Tak disangka duet dadakan dengan Jane mendapt sambutan yang bagus, tak kalah meriah dengan Trio Bimbo. Sejak saat itu duet Franky dengan Jane berlanjut dan menghasilkan banyak album dan beberapa hits seperti Gadis Kebaya, Bis Kota dan Musim Bunga.

Ditengah karirnya, Franky memutuskan untuk ikut bergerak di dunia politik. Disini Franky bukan terjun sebagai politik tetapi kritikus pemerintah orde lama waktu itu. Franky dan beberapa penyanyi ibu kota seperti Iwan Fals & Emha Ainun Nadjib membela kaum buruh dan orang pinggiran dengan lirik-lirik yang mengkritik pemerintahan seperti Terminal, Orang Pinggiran. Selain lewat lagu, Franky juga kerap menyentil para penguasa dengan orasi-orasinya

Kesibukannya menyuarakan jeritan “orang pinggiran”, membuatnya lupa menjaga kesehatan. Pertengahan Juli 2010, Franky dilarikan ke RS Bintaro karena diduga sakit batu ginjal. Namun dugaan awal itu meleset karena diagnosis doketer dua minggu setelag dirawat, Franky divonis menderita kanker sumsum tulang belakang dan Franky terpaksa dirujuk ke National University Hospital Singapura diharuskan menjalani serangkaian operasi dan kemoterapi. Agustus 2010 atas inisiatif dari Glenn Fredly, Dwiki Darmawan, Ebiet G Ade dan garin Nugroho digelarlah malam dana Tribute to Franky Sahilatua di Bengkel Café, Jakarta dan berhasil mengumpulkan dana untuk perobatan Franky selama di Singapura.

manusia boleh berencana namun Tuhan juga yang berkehendak. Setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit, Franky Sahilatua meninggal dunia di tanggal 20 April 2011. Dan jenazah penerima penghargaan SCTV Awrd Lifetime Achievement Award atas jasa-jasanya didunia musik Indonesia ini dimakamkan di TPU Tanah Kusir.