26 December 2015
Tahun 80-an/ masa lagu-lagu melankolis merajai selera musik masyarakat Indonesia. Meskipun kala itu pemerintah men-capnya sebagai lagu cengeng, toh tetap saja lagu-lagu cengeng digemeri para pencinta musik tanah air. Judul lagu “Tak Ingin Sendiri” ciptaan Pance Pondaag sukses membawa namanya sebagai penyanyi sukses specialis lagu cengeng.
Dian Piesesha, biduan yang memang mahir dan cocok membawakan lagu-lagu melankolis merajai selera musik masyarakat Indonesia. Pembawaannya yang bersahaja serta tatapan mata yang sendu membuat lagu-lagu pop mellow semakin pas dilantunkan pemilik nama asli Diah Daniar. Kemahirannya membawakan lagu-lagu melankolis itu telah menempatkan namanya pada deretan penyanyi wanita terpopuler kala itu.
Perempuan kelahiran Bandung, 9 Maret 1961 ini mulai mengenal dunia tarik suara sejak tahun 1976. Piesesha yang kala itu masih berumur 14 tahun, awalnya hanya menyanyi bersama teman-temannya setelah itu baru kemudian beranjak ke atas panggung. Dari satu panggung ke panggung lainnya, Piesesha menyanyi sampai suatu ketika dewi fortuna mulai menghampirinya. Perusahaan rekaman bernama Padang Surya Mas Record menawarkan album rekaman. Di bawah naungan label perusahaan ini, nama Dian Piesesha mulai dikenal dan menghasilkan 4 album.
Tahun 1981, Piesesha memutuskan untuk pindah ke perusahaan rekaman JK Record milik Judhi Kristianto. Di label inilah namanya melejit ke deretan papan atas penyanyi Indonesia setelah sukses mempopulerkan tembang berjudul Tak Ingin Sendiri ciptaan Pance Pondaag. Album yang rilis tahun 1984 itu laris manis di pasaran dan angka penjualannya mencapai jutaan kopi.
Keberhasilan Piesesha dalam menapaki setiap jenjang karir bermusiknya memang tak bisa lepas dari peran Pance Pondaag. Sehingga kabar meninggalnya Pance, membuat Piesesha paling terpukul. Dimata Dian Piessha, Pance tak hanya sebagai guru tapi juga sebagai sahabat yang mengajarkan banyak ilmu. Selain cerita di balik kedekatannya dengan almarhum Pance Pondaag, Piesesha juga punya sebuah kisah menarik saat menolong seseorang yang tengah dalam kondisi koma, bukan dengan obat-obat medis ataupun tradisional tapi dengan suara lembutnya.
Cerita bermula saat Dian tengah menghadiri undangan menyanyi di Pekanbaru. Tiba-tiba ia dihubungi salah seorang temannya yang kebetulan adalah kerabat Taufiq Kiemas, suami Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjabat sebagai presiden. Sang teman yakin, mertua RI 1 yang sedang terbaring sakit itu bisa sembuh bila mendengar suara Dian Piesesha yang merupakan penyanyi idolanya. Begitu tiba di Jakarta, ia langsung meluncur ke rumah sakit dan langsung menyanyikan lagu hitsnya, Tak Ingin Sendiri, di telinga ibunda Taufiq. Tak disangka, mulut wanita renta yang tadinya tertutup rapat itu tiba-tiba bergerak dan mengikuti lirik lagu yang dinyanyikannya
Masa-masa keemasan Dian Piesesha memang telah lama berlalu, tapitampaknya ia ingin terus menyapa para penggemarnya yang sudah merindukan suara khasnya. 2007, ia meluncurkan album terbarunya yang diberi judul Kerinduan. Di album ini, ia menggaet beberapa nama lain yang merupakan gabungan teman-teman musisi seangkatannya, seperti Dian Pramana Poetra, Ika Ratih Puspa, serta generasi musisi baru seperti Ricky Lionardi, Indra Aziz, Ade dan Tommy Widodo. Lagu-lagu lawas yang pernah dipopulerkannya seperti Tak Ingin Sendiri, Pintu Hati, wanita, Hadirmu, Kerinduan, dan Permata Hatiku dikemas kembali dalam album ini dengan aransemen bernuansa swing jazz yang sederhana tapi lebih nyaman dinikmati. Di samping itu, dalam album teranyarnya ini, Piesesha juga berduet dengan putrinya yang bernama Wulan, di lagu Cinta.
Sebagaimana manusia biasa yang tak pernah luput dari cobaan dan ujian dari Tuhan demikian halnya dengan Piesesha. Saat tengah berada di puncak karirnya, ia pernah divonis menderita tumor. Tidak hanya itu, pita suaranya pun sempat mengalami gangguan. Namun sederet cobaan itu tak serta merta merontokkan semangatnya untuk terus bernyanyi.